Guru dituntut mampu mengajarkan
anak didik dengan cara kreatif, dan inovatif. Konon lagi dengan penggunaan media
teknologi, maka guru harus berupaya melakukan yang terbaik. Namun dalam
prosesnya tentu mengalami berbagai kendala, baik jumlah ketersediaan komputer atau
laptop di sekolah, maupun kuota internet yang digunakan.
Hal tersebut disampaikan pada FGD
“Duek Pakat” yang difasilitasi oleh komunitas Jurnalis Warga Bireuen. Kamis.
17/06/2021.
Zahara selaku wakil kepala
sekolah yang juga sebagai guru di SDN 13 Juli, mengaku paling sering
menggunakan kuota internet pribadi. Karena tidak dibiayai oleh pihak sekolah. Namun
karena keinginannya agar membuat situasi belajar lebih menarik, maka dirinya
melakukan itu dengan senang hati.
“kami gunakan kuota internet
pribadi untuk mengajar, Alhamdulillah saya melakukannya dengan senang hati. Tapi
bagaimana dengan guru lain, apalagi guru honorer yang insentif mereka tidak
seberapa. Guru honor hanya 200-300 ribu per bulan, jangankan untuk kuota
internet. Untuk keperluanya sendiri saja tidak cukup”. Ujarnya dalam forum. Dirinya
juga menambahkan jika sekolah memang memiliki jaringan Wi-Fi, tapi jaringannya
sangat lambat.
Zahara juga menyampaikan jika SDN
13 Juli memiliki empat laptop dan 15 tablet. Pihak sekolah berharap ke
depan, pemerintah lebih memfokuskan pengadaannya lebih banyak. Apalagi untuk Ujian
Nasional Berbasis Komputer (UNBK), dengan jumlah 120 siswa tentu tidak memadai.
Penulis : Muhammad Dian dan Nurulyana
0 Komentar