Sejumlah perwakilan dari elemen masyarakat, mengikuti sosialisasi pengawasan partisipatif di sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Bireuen. Kegiatan bertajuk “Bersama Kita Wujudkan Pemilu/ Pemilihan yang Berintergritas di Kabupaten Bireuen”, menghadirkan dua narasumber yaitu Marini (Komisioner Panwaslih Provinsi Aceh) dan Teuku Kemal Pasha (akademisi dari Universitas Malikussaleh). Kamis (8/7/2021).
Ketua Panwaslih Bireuen Wildan Zacky E pada pembukaan kegiatan menyampaikan, bahwa pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang luber dan jurdil memerlukan partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu Panwaslih Bireuen akan selalu membuka ruang untuk bisa melakukan kegiatan sosialiasi dan diskusi seperti ini di banyak kesempatan kedepan.
Marini sebagai narasumber menjelaskan bahwa pentingnya pengawasan masyarakat dalam pemilu. Peran pengawasan yang dilakukan masyarakat bisa dengan memberi informasi mengenai adanya dugaan pelanggaran, baik yang dilakukan penyelenggara maupun peserta.
“adanya partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan pemilu adalah bentuk dari penggunaan hak warga negara untuk mengawal hak pilihnya, apalagi Bireuen memiliki indeks kerawanan dugaan pelanggaran Pemilu yang paling banyak mengenai money politik pada Pemilihan Kepala Daerah sebelumnya” imbuh Marini.
Maka Selain Bawaslu, pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemilu menjadi upaya kontrol dari masyarakat untuk menjaga suara dan kedaulatan terciptanya demokrasi yang bersih, khususnya di kabupaten Bireuen.
Teuku Kemal Pasha dengan materi “Pemilu dari Perspektif Agama” menegaskan, sekarang tidak ada cara lain untuk memilih pemimpin yang baik dan shalih kecuali melalui Pemilu. Hampir dapat dipastikan bahwa munculnya pemimpin yang buruk ahlaqnya menyebabkan buruk dan terabaikannya hak-hak rakyat. Salah satu penyebab naiknya para pemimpin yang buruk karena orang-orang yang shalih mengabaikan sarana pemilu ini.
Akademisi tersebut juga melarang adanya masyarakat terpengaruh dengan politik uang (Money politic) dan Golongan Putih (Golput). Karena hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah, malah menimbulkan masalah baru.
“terpenting kita pilih yang amanah kalah menang tidak jadi soal yang terpenting kita sudah menyalurkan aspirasi kita, dengan begitu berarti kita sudah ada ihtiar untuk memilih pemimpin yang terbaik untuk negara kita,” ujar Kemal mengakhiri pembicaraannya.
kegiatan
tersebut diikuti oleh 40 peserta dari berbagai elemen, yaitu Sekolah Anti
Korupsi (SAK) Bireuen, KNPI, HMI, Karang Taruna, Inong Balee, dan Komunitas
Jurnalis Warga Bireuen.
Penulis :
Dian, Syibran, dan Nurulyana
0 Komentar