Bireuen—Muhammad Dzaki (9) bocah laki-laki kelahiran 2013, telah mengalami kelumpuhan sejak lahir. Bocah itu mengidap kerusakan pada otak yang belum matang, menyebabkan gerakan tonus ototnya tidak dapat dilakukan.
Bocah yang telah pernah dirawat di rumah sakit hingga dirujuk ke RSU Zainoel Abidin tersebut, merupakan putra dari M. Saleh (35) dan Wardah (30), warga Gampong Pasie Alu Kuta, Kecamatan Jangka, Bireuen.
Wardah mengatakan, belahan jiwa mereka tidak pernah didaftarkan ke sekolah, karena tidak kunjung sembuh sejak penyakit itu menghinggapi tubuhnya.
“Sejak lahir si Nyak sudah seperti ini. Penyakit itu menyerang otaknya yang belum matang dan belum berkembang. Sampai sekarang hanya terbaring saja,” kata Wardah.
Perempuan itu terlihat tegar, semburat duka terlintas di matanya, tapi senyum tetap dia tebarkan.
Ayahnya Dzaki, merupakan nelayan yang mengandalkan laut sebagai tempat mencari rezeki. Dengan keterbatasan ekonomi, dia tetap berusaha mencapai layanan kesehatan terbaik yang dapat ia jangkau. Tahun 2017 puteranya telah dibawa ke rumah sakit hingga ke Banda Aceh. Tapi, keajaiban belum menghinggapi mereka.
Wardah tidak dapat berbuat banyak. Dia fokus menjaga Dzaki. Satu-satunya penghasilan hanya mengandalkan uang yang dibawa pulang oleh M. Saleh.
Sebagai orangtua, keduanya berharap putera mereka memiliki sebuah kursi roda. Mungkin dengan adanya kursi roda, ada sedikit perubahan. Minimal dapat diajak keluar rumah, duduk di teras sembari menikmati pemandangan. Wardah pun bisa lebih leluasa menjaga Dzaki.
Saleh tidak punya uang untuk mewujudkan kursi roda itu. Pendapatan hariannya cukup untuk makan ala kadar. Bahkan untuk ditabung pun tidak ada. Istilahnya cari sehari untuk makan sehari.
“Bila
ada yang memberikan kami satu unit kursi roda, tentu saya dan ibunya Dzaki
sangat berterima kasih. Karena itu salah satu yang ingin kami beli tapi tak
pernah tercapai. Kursi rod aitu teramat mahal bagi kami yang makan sehari-hari
saja susah,” kata M. Saleh. [Fakhrurrazi/ Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar