KabarJW- Bireuen. Murtala (60) warga Gampong Cot Kruet, Mukim Pintoe Batee, Kecamatan Peudada, Bireuen mengalami gejala stroke tiga tahun lalu. Saat ini dia membutuhkan dukungan kursi roda untuk mempermudah geraknya.
Sejak tahun 2019 sampai 2022 Murtala tidak rutin lagi berobat, akibat terkendala finansial. Biaya yang harus dikeluarkan sekali pergi ke pengobatan alternatif di Gampong Geulangang, Kecamatan Kota Juang, Rp70.000. Itu untuk ongkos becak milik keluarganya—dengan tarif kekeluargaan—
Ia juga pernah berobat ke RS Malahayati. Di RSU tersebut dia dianogsa menderita sakit lambung, asam urat, kolestrol, dan saraf.
Dengan kondisi tubuh yang diserang stroke, saat ini Murtala hanya bisa berbaring di tempat tidur. Bilapun dia memaksa melangkah, hanya dapat menempuh jarak lima meter. Itupun dengan kondisi badan gemetaran.
Murtala berharap ada pihak yang menghadiahkan kursi roda kepada dirinya. Tak ada yang lebih dia idamkan saat ini.
Sejak diserang stroke, istrinya Fatimah (50) menjadi tulang punggung keluarga. Sang perempuan harus menanggung enam anggota keluarga. Untuk mendapatkan uang ia bekerja apa saja, mulai kuli kasar di sawah orang, kadang melakukan pekerjaan lainnya. Anak dan menantu juga turut membantu memberikan bantuan keuangan.
Murtala merupakan penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH/KIP). Namun tahun ini bantuan tersebut belum mereka dapatkan. Entah di mana masalahnya, mereka tidak tahu. Padahal mereka sangat mengharapkan bantuan itu segera cair, karena harus membeli perlengkapan sekolah anak-anaknya.
Rumah
mereka juga sudah tidak menentu. Atap dapur bocor. Bila hujan, air masuk ke dapur
seperti mobil masuk tol, bebas hambatan. [Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar