Bireuen- Awal Tahun 2022 Dr. H. Muzakkar . Gani, S.H.,
M. Si, saat itu yang menjabat sebagai Bupati Bireuen, melalui Dinas Sosial,
telah mendukung jalannya roda organisasi Persatuan Penyandang Disabilitas
Indonesia (PPDI) Bireuen, dengan memberikan izin pinjam pakai, salah satu
gedung panti sosial Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen, atau yang lebih dikenal panti jompo Bireuen, digunakan sebagai
sekretariat untuk mereka bernaung.
Husaini (51), ketua PPDI Bireuen, saat ditemui oleh tim
KabarJw.com, pada Sabtu (5/11/2022), sangat berterimakasih karena sudah
difasilitasi tempat, agar bisa melakukan ragam aktivitas organisasi. Bahkan
didalamnya sudah tersedia beberapa perabot, seperti kipas angin, kursi, dan bed
untuk pijat.
“sekarang kalau mau bertemu kami disabilitas, jangan cuma bisa
dilihat di perempatan lampu merah, tapi sekarang kami sudah ada sekretariat,”
ujarnya sambil tertawa melayangkan candaan.
Pun demikian, Husaini berharap bahwa sekretariat bisa direnovasi.
Pasalnya, sebagian bangunannya sudah rusak, seperti plafon, dinding, dan
kondisi buangan toilet yang sumbat.
Bahkan ruang aula pun yang sering digunakan untuk pertemuan,
dengan jumlah peserta yang banyak, tidak ramah disabilitas.
Jalan landai yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda, tidak ada. Sehingga difabel tidak bisa bergerak secara aman, mudah, nyaman, dan tanpa kendala.
Mursalin, disabilitas daksa, sangat kesulitan jika harus ke aula,
bahkan dirinya harus ngesot atau dibantu oleh teman disabilitas lainnya.
“kami disabilitas tidak mau merepotkan orang lain, kami juga bisa
mandiri. Tapi kalau begini kondisinya, ya orang tidak punya kaki membantu orang
yang tidak punya kaki, lucu tapi aneh” ujarnya.
Disisi lain, pengurus disabilitas juga berharap difasilitasi
beberapa perlengkapan kantor (office stationary). Hal tersebut sangat
dibutuhkan, untuk mendukung produktivitas mereka.
Asiah, sekretaris PPDI, mengatakan jika print surat saja harus ke
tempat fotocopy, bahkan dalam kemampuannya yang minim dalam sekretariatan,
sering salah dalam membuat surat dan administrasi lainnya, sehingga harus
berulangkali melakukannya.
“biaya perjalanan dan biaya print pun, kadang harus dirogoh dari
dompet sendiri,” ujar perempuan tuna daksa yang penuh semangat ini. Dirinya
berharap bisa dimudahkan, agar PPDI Bireuen menjadi organisasi yang besar dan
mandiri.
[Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar