KabarJW-
Erlina (42) warga Gampong Geulanggang
Teungoh, Kota Juang, sekitar 10 tahun berjuang sendiri untuk menghidupi tiga
putrinya. Sepeninggal suami tercinta 2013 silam, dia bekerja sebagai tenaga
upah, setrika di rumah orang, dan mendapat upah Rp280.000/ bulan.
“saya pernah buat peyek (cemilan/gorengan) dan
titip ke warung-warung, tidak bertahan lama, karena tidak sanggup membeli bahan
untuk mengolahnya. Semakin hari, harga barang terus naik,” ujar Erlina.
Kebutuhan
dapur sehari-hari saja Rp50.000/ hari, belum lagi biaya hidup lainnya, bahkan mereka
pernah makan nasi tanpa lauk. Namun tetap
menjalani hidup dengan semangat, bagi mereka Allah Maha Kaya dan terkadang
mendatangkan rezeki dari arah tak terduga.
Saat
didatangi oleh tim KabarJW ke kediamannya, pada 19 Januari 2023, pintu rumah
utama tidak bisa dibuka, jadi aksesnya melalui pintu samping.
“maaf
ya, pintunya sudah tidak bisa dibuka lagi, sudah hampir 3 tahun rusak,” ujarnya
tersipu malu.
Terlihat
hampir seluruh atap bocor, bahkan jika musim hujan, mereka
berempat himpit-himpitan tidur di satu kamar. Hanya satu kamar yang bagus atapnya,
karena ada sumbangan seng dan telah diperbaiki.
“inilah
kondisi kami, jadi kalau hujan kami tidur disini. Kalau hujan saat memasak,
kami harus bawa-bawa panci dan kompok agar tidak basah,” ujarnya, sambil memperagakan keriwehannya saat mengangkat barang.
Sebenarnya
mereka sudah membeli tanah dibelakang MTS Geulangggang, namun masih hutang,
pembayaran akan dilakukan jika warisan suami sudah terjual.
“kami
berencana untuk membangun rumah, anak-anakpun semakin beranjak dewasa. Tapi
belum tau kapan, karena kebutuhan sehari-hari saja kami masih susah,” tambahnya
kemudian.
Saat
ini rumah mereka didirikan dari tanah wakaf, sejak tahun 2012.
Status
tanahnya adalah sewa seharga 1.000.000/ tahun, dan beberapa tahun belakangan
ini dicicil. Secara pengeluaran keseluruhan, Erlina kewalahan sendiri.
Saat
ini putrinya yaitu Khairunisa (21) sedang menyelesaikan kuliah di UNIKI Bireuen
dan mendapat beasiswa Bidikmisi, sedangkan keduanya lagi tercatat sebagai
penerima PKH yaitu Raudatul Nazzla (17) siswa di SMA 2 Cot Gapu Kota Juang, dan
Ulfa Asyura (13) siswa di MTs Geulanggang.
Sedangkan
bantuan lainnya yaitu Bantuan Pemerintah Non Tunai (BPNT) berupa telur dan
beras, yang didapat tahun 2022, tapi sekarang tidak ada lagi. Terakhir hanya Bantuan
Sosial Tunai (BST) sebesar Rp300.000,-
[Afrizal/
Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar