KabarJW
– Syahrizal (44), warga Gampong Cot Keutapang, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen,
merupakan penyandang disabilitas kaki lumpuh sejak puluhan tahun silam.
Keterbatasan
tersebut, tidak menghalanginya untuk beraktifitas.
Menjadi
peminta juga tidak dijadikan solusi. Padahal mudah baginya untuk mengiba, agar
mendapat simpati banyak orang. Tapi tidak pernah dilakukannya.
Hingga
kini ayah dari dua anak ini, tetap semangat bekerja manafkahi keluarga
kecilnya, dengan menjadi tukang las.
Kepada
KabarJW, Kamis (9/03/2023), dirinya mengatakan, memiliki bengkel berukuran 5x10 meter, tempat
dirinya bekerja dibuka dua tahun lalu. Bangunan tanah wakaf milik gampong itu,
disewa seharga Rp 2.5 juta per tahun.
Fasilitas yang dimiliki pun terbatas yaitu hanya satu unit mesin las dan gerenda, sehingga saat pekerjaan dilakukan, terpaksa harus gonta-ganti alat kerja bersama temannya.
Sehingga
lebih banyak menyita waktu dan biaya diluar target, begitu juga keuntungan
yang tidak seberapa.
Bahkan
terkadang dalam sebulan, dia mendapat beberapa pekerjaan sekaligus. Tapi terpaksa
tidak dilakukan semua, karena keterbatasan fisik. Konon lagi modal mereka
sangat terbatas.
“saya rencana mau beli tempat kerja permanen, namun biayanya belum cukup. Bahkan semenjak pandemi Covid-19, penghasilan sangat terbatas. Hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.
Biasanya
sebelum bekerja, dia diberikan panjar. Jika sepi pelanggan, dia membantu
temannya yang lain.
Seringkali
pelanggan mengeluh akibat pengerjaannya yang agak sedikit lebih lama dari
target, tapi setelah dijelaskan mereka juga memahaminya.
Dia
sudah menekuni bidang tersebut selama puluhan tahun, dari satu tempat ke tempat
lainnya. Dia belajar banyak tentang arti bertanggungjawab, dan terus gigih
dalam bekerja tanpa patah semangat.
Sedangkan
kehidupan sehari-hari, pengeluaran Syahrizal per minggu sekitar Rp 400 ribu. Baik
untuk kebutuhan dapur, jajan anak ke sekolah, dan pribadinya sendiri. Belum termasuk
untuk kebutuhan pekerjaan.
Istrinya
Mariamah Hanun (47) juga pintar mengelola keuangan, sehingga meski terbatas
tapi penggunaannya bisa diatur dengan baik. Bahkan untuk memenuhi pendidikan
anaknya.
Disisi lain, sang anak pun terkadang mengeluh, karena sering diejek oleh teman-teman,
mengenai kondisi ayahnya.
“dulu
sepulang sekolah, mereka selalu menangis karena diejek sama temannya. Kami
hanya bilang sabar saja. Ya mau gimana lagi, semua ini takdir Sang Kuasa,”
ungkapnya
Syahrizal setiap hari mengantar kedua anaknya ke sekolah dan pengajian, menggunakan becak roda tiga yang telah dimodifikasi secara sederhana. Lagipula hal itu dilakukan, karena sang istri tidak bisa mengendarai sepeda motor.
Sementara
itu, menyikapi kondisi Syahrizal, Keuchik Gampong Cot Keutapang, melalui
Masrizal (48) selaku Sekdes Gampong dan juga Ketua Tim Anggaran Pemerintah
Gampong (TAPG) menyampaikan, amanat yang tertuang dalam Qanun Kabupatem Bireuen
Nomor 06 Tahun 2018 Bab XVI Tentang Keuangan Gampong Pasal 254.
Bahwa
prioritas Bantuan Langsung Tunai (BLT-DD) untuk para disabilitas, janda
meninggal suami yang masih punya tanggungan anak yatim, warga sakit menahun,
dan lansia yang tidak terdaftar sebagai menerima Program Keluarga Harapan
(PKH).
"Atas
dasar aturan tersebut, dari total 400 KK di Cot Keutapang, yang terakomodir
hanya 55 KK dengan pertimbangan 25% ambang batas penganggaran. Dari 25%
tersebut, keluarga Syahrizal termasuk di dalamnya," sebut Masrizal.
Mengenai
kebutuhan alat kerja yang dibutuhkan, ia akan menyampaikannya
kepada keuchik beserta tuha peut gampong dan Pendamping Lokal Desa (PLD) untuk
dimusyawarahkan.
"Sepanjang
dibenarkan dalam aturan, kami akan mencari solusi. Karena tidak selamanya
bantuan sosial di gampong, bisa diberikan tanpa ada petunjuk teknis dari
pemerintah pusat," ujarnya.
Aparatur
gampong menilai, keluarga Syahrizal sudah sangat layak untuk dibantu.
Selain
sebagai kepala keluaga yang disabilitas, istrinya juga tidak bisa berjalan
normal, hanya bisa berjalan pelan. Kondisi tersebut terjadi semenjak dirinya
melahirkan anak kedua mereka.
"nanti akan kami usulkan sebagai penerima PKH untuk anak-anaknya, dan meminta operator Gampong akan membantu melengkapi dokumen yang
dibutuhkan oleh Dinas Sosial Bireuen," pungkas Masrizal.
[Penulis : Afrizal]
0 Komentar