KabarJW
– Kondisi genangan air di jalan lintas nasional Medan-Banda Aceh, tepatnya di
depan Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI), Gampong Blang Bladeh,
Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, sangat tidak aman dilalui oleh pengguna
jalan.
Banyak
diantara mereka yang mengalami kecelakaan, bahkan sampai merenggut nyawa.
Amzir
Ishak (37), Keuchik Gampong Blang Bladeh kepada KabarJW (25/5/2023) mengaku
bahwa dirinya hampir menjadi korban di lokasi genangan air depan kampus UNIKI
tersebut.
“karena
menghindari genangan air, saya hampir tertabrak. Hitungan menit saja jika
hujan, air sudah menggenangi badan jalan. Kalau cuaca cerah baru kering tiga
atau empat hari, tapi kalau mendung bisa jadi hampir seminggu,” ujar Amzir.
Ia
juga berharap, persoalan di jalan negara tersebut, bisa ditangani secepatnya.
Jika tidak, dikhawatirkan lubangnya akan semakin dalam dan semakin berbahaya
untuk keselamatan pengendara.
Sementara
itu, Munir Yunus (49), mantan Keuchik Blang Bati, Mukim Alue Rheng, Kecamatan
Peudada, juga mengaku pernah menjadi korban akibat genangan air di Blang Bladeh
itu.
“saya
dan anak juga salah satu korban genangan air disana. Pada saat berkendara,
mobil didepan saya mengindari lubang dan dengan tiba-tiba menghidupkan lampu sein (tanda pengendara belok ke kiri
atau ke kanan). Sedangkan saya dibelakang langsung menabrak mobil di depan,
kami pun terjungkal ke badan jalan,” kenang Munir.
Kondisinya
waktu itu kepalanya bocor, seluruh wajahnya luka-luka. Sedangkan kaki,
mengalami luka robek
Saat
itu dirinya dirawat selama seminggu di RSUD Fauziah Bireuen, dan berobat jalan dua
bulan.
“Cukup kami yang menjadi korban, jangan tunggu
sampai angka mencapai ratusan dan viral baru ditangani, semestinya di area
tersebut wajib ada rambu-rambu lalu lintas atau plang peringatan, dan ada lampu
jalan,” pungkasnya kemudian.
Informasi
dihimpun KabarJW dari masyarakat sekitar, lokasi genangan air tersebut sering
terjadi kecelakaan, bahkan sampai merenggut nyawa.
Warga
sekitar mempertanyakan ketinggian tambalannya, dan disarankan lebih rendah lagi
agar para pengguna lebih aman, tidak merasa seperti tanjakan kecil.
Sementara
itu, Drs Jailani SH.MM, selaku Wakil Rektor III UNIKI, mengaku pihaknya juga
sudah melakukan pengerasan diarea tersebut, karena berada tepat di depan kampus
mereka.
“kami
juga sudah melakukan upaya semampu kami, pengerasan jalan, memasang lampu, tapi
karena jalan lintas nasional, pengendaranya juga sangat banyak. Jadi perbaikannya
memang harus maksimal dan membutuhkan anggaran yang besar. Terkait saluran
disamping kampus, juga sedang kami bicarakan solusinya,” terangnya.
Selain
itu, Husni, Kasi Pemeliharaan jalan di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) Bireuen, juga mengaku sudah menyurati pihak Balai Pelaksanaan
Jalan Nasional (BPJN) Banda Aceh pada tanggal 27 September 2021 lalu, namun sampai
saat ini belum ada respon.
Mereka
juga berencana akan segera melakukan pengecekan ke lokasi, agar mengetahui bagaimana
kondisi jalan sebenarnya.
Sedangkan
Safriadi, Sekeretaris Dinas Perhubungan juga menjelaskan tentang prosedur pemasangan
fasilitas keselamatan di jalan.
"Terakhir
dilakukan pada 2021, dan biasanya bergilir dibagi untuk 23 kabupaten/kota di
Aceh. Dalam kurun waktu lima tahun, baru mendapatkan kembali kesempatan untuk
100 Km jalan, itupun tergantung ketersediaan anggaran," ujarnya.
Ia
menyarankan pihak UNIKI untuk menyurati Balai Pengelola Transportasi Darat
(BPTD), terkait kondisi genangan air didepan kampus, dan tembusanya disampaikan
sebagaimana biasa, dan kemudian Dishub siap mendukung.
[Penulis : Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar