KabarJW – Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Bireuen, Muhammad Diah S.Ag mengatakan, selama ini telah berupaya maksimal memberikan pelayanan yang murah, mudah dan cepat untuk melayani masyarkat dalam mengurus dokumen kependudukan.
Nyatanya,
kian hari semakin banyak masyarakat yang mengeluh, dengan beragam persoalan. Padahal
jika dilihat lebih lanjut, sebenarnya pihak Dukcapil mengaku keterbatasan dukungan
dan anggaran.
“kami dituntut berikan pelayanan yang cepat dan efesien ke masyarakat, tapi kami tidak didukung dengan sarpras yang memadai, dan masih banyak persoalan lainnya yang belum ada solusi” ungkapnya.
Kepada
KabarJW, Rabu (9/05/2023), dirinya menunjukkan ruang pelayanan yang sangat
sempit untuk 73 orang PNS/honorer, bahkan mereka tidak memiliki gudang
penyimpanan berkas/ dokumen.
“kalau
menyimpan arsip, terpaksa memanfaatkan musala di ruangan saya (red-Kadis). Semua diatur dengan
rapi, agar tidak tercecer, dan mudah diambil jika sewaktu-waktu dibutuhkan,” tambahnya
kemudian.
Kepala
dinas juga menambahkan, setiap harinya petugas harus melayani ratusan
masyarakat, tapi hanya didukung dengan sembilan unit komputer.
Lima
komputer membantu layanan di depan, yaitu pengurusan atau perbaikan Kartu
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran/kematian, Kartu
Identitas Anak (KIA), serta surat pindah domisili.
Empat
komputer lainnya pelayanan di belakang, mengurusi pelayanan khusus Keurani (Sekretaris) Gampong dan Petugas
Registrasi Gampong (PRG) dari 609 gampong.
Sedangkan
di tingkat kecamatan, sebanyak delapan mesin perekaman E-KTP rusak dan belum
bisa diperbaiki. Bahkan ironinya selama ini, petugas tidak diberikan upah
sepeser pun.
Muhammad
Diah juga menuturkan, momentum politik 2024 perlu menjadi perhatian khusus. Karena
ribuan milenial ditargetkan akan menggunakan hak pilihnya di pesta demokrasi
tersebut. Seharusnya pihak Disdukcapil harus melakukan jemput pola, baik ke
sekolah maupun ke gampong-gampong.
"kami
diwajibkan untuk meningkatkan layanan jemput bola, untuk perekaman data pemilih
pemula serta warga masyarakat yang belum merekam data KTP-el untuk Pemilu 2024,
tapi fakta di lapangan sungguh sangat tidak mendukung hal tersebut,” ujarnya.
Mereka mengakui perangkat lama sangat tidak efektif untuk dipindah-pindah, jika tidak hati-hati maka perangkatnya akan rusak.
Padahal sejak 2018 silam, setiap tahunnya Diskdukcapil Bireuen, sudah sering mengusulkan pengadaan satu unit mesin baru yang terintegrasi dengan laptop, harganya sekitar Rp 130 juta. Namun sudah enam tahun, tidak pernah terealisasi.
Jika
dilihat kembali jumlah penduduk berdasarkan data semester I tahun 2022, yang
dikeluarkan Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian
Dalam Negeri, di Bireuen terdapat sejumlah 445.503 jiwa yang perlu dilayani
secara bergantian setiap harinya, terdiri dari 219.010 laki-laki, dan 226.493
perempuan yang terbagi dari 17 kecamatan atau 609 gampong.
“wajar
jika masyarakat marah ke kami, jika dokumen mereka lama siapnya. Ya karena
mereka tidak tau, jumlah masyarakat yang harus kami layanani setiap harinya,”
ungkapnya.
Muhammad
Diah berharap, agar adanya perhatian khusus dari PJ Bupati dan legislator di
kabupaten Bireuen. Disdukcapil merupakayan unit layanan yang paling banyak melayani
langsung kebutuhan masyarakat, bahkan pelayanan administrasi kependudukan memiliki
peranan yang sangat penting dalam suatu pemerintahan dan pembangunan di suatu
daerah.
“mohon
jangan kita sepelekan, dan layanan masyarakat wajib menjadi prioritas,”
pintanya saat mengakhiri pembicaraan.
[Penulis
: Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar