KabarJW-
Teman tuli Bireuen mengeluh, jika selama pesta demokrasi, mereka tidak pernah
diberikan informasi tentang kepemiluan. Sehingga pada saat berada di Tempat
Pemungutan Suara (TPS), mereka mengalami kebingungan.
Safira,
selaku perwakilan teman tuli, berharap penyelengga pemilu, partai, maupun
penegak hukum, ikut mengajak disabilitas tuli dalam melakukan sosialisasi
kepemiluan.
“bisa
dikatakan kami mengetahui sedikit banyaknya tentang Pemilu, saat ada program
DemRes yang dijalankan oleh GeRAK Aceh. Selebihnya kami hanya menonton di Televisi
atau Handphone, itu pun terbatas dan
tidak bisa bertanya”, ujarnya saat diwawancarai tim KabarJW, usai kegiatan Rapat
Koordinasi mendorong Pemilu Iklusi.
LSM
GeRAK Aceh bekerjasama dengan KIP dan Panwaslih Bireuen, melakukan pertemuan untuk
menampung keluhan dan aspirasi dari kelompok marjinal, salah satunya
disabilitas. Pada saat kegiatan panitia juga menghadirkan Mawardy sebagai Juru
Bahasa Isyarat (JBI) bagi teman tuli. Kegiatan dilakukan di Aula KIP Bireuen. Kamis
(31/8/ 2023).
Yulidar,
koordinator Himpunan Penyandang Disabilitas Indonesia (HWDI) wilayah Bireuen, juga
mengungkapkan keluhan mereka selama ini. Diantaranya Tempat Pemungutan Suara
(TPS) yang belum ramah disabilitas, dan bahkan mengalami diskriminasi untuk
menggunakan hak pilihnya.
Saiful
Hadi, Ketua KIP BIreuen, mengakui bahwa dirinya belum menemukan formula yang
tepat, untuk sosialisasi kepada disabilitas tuli. Tapi mereka akan berupaya
agar persoalan ini bisa segera ditangani.
“kita
akan diskusikan kembali, agar bisa melakukan pendekatan yang berbeda dan mudah
dimengerti oleh disabilitas tuli. Sedangkan untuk aksesibilitas disabilitas,
itu sudah ada undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 mengenai pengaturan lokasi TPS
yang mudah dijangkau oleh disabilitas”, urai Saiful.
Dirinya
juga akan berkolaborasi dengan lintas pihak, sehingga Pemilu 2024 benar-benar
inklusi dan mengakomodir semua kebutuhan warga dengan lebih maksimal.
[Muhammad
Khairul Umam/ Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar