KabarJW – Syamsyuddin (44), warga Meunasah Tambo, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen, merupakan kepala keluarga penyandang disabilitas yang mempunyai tanggungan tiga orang, yaitu Halimah Tusakdiah (istrinya), dan dua anak perempuannya Zahwa Nabila (10) dan Yuni Anita (6).
Pria paruh baya itu sudah sengsara sejak kecil, karena kaki kirinya tidak berfungsi. Ia mengalami lumpuh kaki sejak usia tiga tahun. Berawal saat dia demam, dan mendapatkan penanganan dari tenaga medis.
Alih-alih sebelumnya tersiar kabar, jika sedang demam tidak boleh disuntik. Syamsuddin mengaku, setelah kaki kirinya disuntik, dia lumpuh hingga sekarang.
Saat disambangi KabarJW ke kediamannya, Sabtu (10/2/2024), Syamsuddin menyampaikan, pendapatannya sekarang hanya dari uluran tangan dari masyarakat, karena dirinya tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Selain itu, ia juga sering dikirimkan uang oleh adiknya, jika sewaktu-waktu membutuhkan biaya yang mendesak.
Dalam kesehariannya, Syamsuddin sering diundang untuk membantu memandikan jenazah, berdoa di acara turun tanah bayi, dan membaca khutbah. Jadi warga sering memberikan upah seala kadar saat selesai kegiatan, sehingga bisa membantu kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ekonomi yang terhimpit, membuat keluarga Syamsuddin sering menahan lapar dan tidak bisa makan, bahkan listrik dirumahnya sering mati karena tidak ada biaya mengisi token. Tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali bersabar dan bertahan seala kadar.
Dengan kondisi seperti itu, Syamsuddin mampu menyekolahkan anaknya, meski terkadang anaknya tidak ada jajan saat ke sekolah.
Disisi lain, rumah tempat mereka berteduh juga memprihatinkan, walaupun atap rumah masih aman, namun kondisi lain sudah sangat tidak layak, seperti dinding yang masih terbuat dari triplex dan sudah mulai rusak, lantai masih beralas tanah, dapur kondisi bocor, begitu juga kondisi kamar mandi dan wc yang hanya dipasang plastik seadanya, dan tidak ada pemisah.
Dengan kondisi rumah seperti itu, Syamsuddin bersama keluarga sudah jadi langganan banjir selama belasan tahun, biasa tinggi airnya paling rendah 30 cm merendam rumah tersebut, tergantung curah hujan, sehingga mengakibatkan barang-barang di dalam rumah sering terendam.
Sementara itu, Murdani selaku Keuchik Meunasah Tambo mengaku, dirinya pernah mengupayakan tiga unit rumah rehab setiap tahunnya, ditargetkan masa enam tahun kepemimpinannya akan membenahi delapan belas unit rumah warga.
Namun, hal tersebut tidak bisa dilaksanakan karena pada saat itu Covid-19, sehingga baru bisa dianggarkan kembali pada 2023 sesuai surat edaran Pj Bupati Bireuen, maka dianggarkanlah sebanyak tiga unit rumah rehab.
"Setelah melakukan konsultasi ke Camat dijelaskan bahwa lebih difokuskan pembangunan satu unit rumah dhuafa di setiap gampong, supaya aman ditempati hingga puluhan tahun. Akan tetapi, para calon penerima lebih dari tiga orang bahkan hampir tidak bisa diputuskan mana diantara mereka yang lebih berhak, ada kepala keluarga disabilitas, bahkan ada lansia sakit-sakitan, sehingga tahun ini belum dapat dibangun rumah Syamduddin," sebut Keuchik Murdani.
Merespon kondisi yang dialami Syamsuddin, Camat Jeunieb Yusri SHi, didampingi Kordinator P3MD Murtala beserta staffnya, menyampaikan kepada KabarJW bahwa, di wilayah kerjanya meliputi 43 desa, dan 39 diantaranya sudah membangun rumah dari anggaran dana desa (DD), ada yang bangun baru, setengah permanen, dan ada juga yang rehab.
"Kita akan kawal di setiap desa untuk pembangunan rumah kepada warga yang membutuhkan. Bukan hanya Syamsuddin saja, tapi semua warga Jeunieb akan kita awasi," ujar Yusri.*
Penulis : Afrizal/ JW Bireuen
0 Komentar