Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Di Balik Kesulitan, Mahyuddin Terus Berjuang

 


KabarJW - Di Blang Cot Baroh, sebuah desa kecil di Kecamatan Jeumpa, Bireuen, Mahyuddin (38) hidup dalam kondisi penuh tantangan. Sejak tahun 2013, dirinya menempati rumah bantuan yang diberikan abangnya setelah bencana tsunami.

Saat didatangi tim Jurnalis Warga Bireuen pada Selasa, 13 Agustus 2024, terlihat kondisi rumah tersebut  memprihatinkan. Dinding-dindingnya mulai terkelupas, plafon bolong-bolong, seng yang berkarat, dan talang air yang bocor.

Mahyuddin mengaku, ketika hujan turun, ayah dua anak tersebut terpaksa menyiapkan wadah penampung untuk mencegah air merembes ke seluruh ruangan

“Ketika warisan dibagikan, tanah di lokasi tersebut diberikan kepada saya, sementara rumah tetap milik abang saya,” ungkap Mahyuddin. 

“Dalam musyawarah keluarga, kami sepakat bahwa rumah tersebut menjadi hak milik saya, dengan catatan pinjaman sebelumnya harus lunas”. Lanjutnya.

Namun, untuk memperbaiki dapur yang kondisinya sudah sangat tidak layak lagi, dibutuhkan dana sekitar Rp10.000.000.

“selama ini kami menggunakan plastik hitam sebagai dinding dapur , tetapi itu belum cukup karena harga barang sangat mahal,” katanya.

Meski upaya perbaikan terus dilakukan, kesulitan finansial tetap membayangi kehidupannya. Belum lagi beban utang yang harus dilunasi sebanyak Rp 7.000.000 dipinjam karena kebutuhan untuk berobat, setelah mengalami patah kaki akibat kecelakaan motor pada 2022.

Meskipun operasi ditanggung oleh BPJS Kesehatan, beban utang tersebut menambah kesulitan keuanganya. Untuk melunasinya, terpaksa menjual kebun miliknya di Alue Gandai, Kecamatan Peudada seharga Rp17.000.000.

Keterbatasan biaya juga memaksanya bergantung pada bantuan keluarga. Ayah mertua dan abang iparnya membantu memperbaiki rumah, meskipun mereka juga terbatas secara finansial.

Sedangkan pekerjaanya sebagai penjual ikan keliling, terkadang bisa untuk Rp 150.000 per hari. Namun, penghasilan tersebut harus dibagi untuk berbagai kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anak.

“Selama beberapa tahun terakhir, anjloknya ekonomi masyarakat sangat mempengaruhi penghasilan kami. Jangankan untuk merehabilitasi rumah, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit,” keluh Mahyuddin.

Kondisi cuaca yang tidak menentu, seperti hari Jumat atau angin kencang yang membuatnya tidak bisa melaut, seringkali menyebabkan harga ikan melonjak. Akibatnya, Mahyuddin harus mencari nafkah tambahan dengan cara lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun, di tengah segala kesulitan, Mahyuddin masih menemukan cara untuk bertahan. Ia memanfaatkan kebun kosong milik keluarga disamping rumah untuk menanam sayur. Hasil panen sayur tersebut tidak hanya untuk dikonsumsi pribadi, tetapi juga dijual jika panennya banyak.

“Kebun ini sangat membantu. Selain untuk konsumsi kami sehari-hari, jika hasilnya banyak, kami jual untuk menutupi kekurangan biaya belanja,” jelas Mahyuddin.

Di sisi lain, Hermansyah, Keuchik Blang Cot Baroh, menjelaskan bahwa Mahyuddin tidak diusulkan sebagai penerima rumah Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Kementerian 2024.

“Kami tidak mengusulkan Mahyuddin, karena proses seleksi dilakukan oleh tim khusus tanpa sepengetahuan kami,” jelas Hermansyah.

Namun, ia menambahkan bahwa jika hingga akhir 2024 tidak ada bantuan yang diterima, Mahyuddin akan diprioritaskan untuk pembangunan rumah layak huni dengan menggunakan Dana Desa anggaran 2025.

Kisah Mahyuddin adalah cerminan keteguhan seorang pria yang berjuang keras demi masa depan keluarganya. Meski dihadapkan pada berbagai kesulitan, ia terus berusaha mencari solusi dan berharap bahwa hari-hari yang lebih baik akan segera datang.

 

[Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen]

Posting Komentar

0 Komentar