Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Perjuangan Keluarga Disabilitas di Bireuen, Antara Usaha dan Harapan

 


KabarJW- Di sudut Dusun Lagang, Gampong Geulanggang Kulam, Kecamatan Kota Juang, Bireuen, terdapat sebuah cerita penuh perjuangan dan harapan. Ismail (59) dan istrinya, keduanya merupakan penyandang disabilitas tuna daksa, namun tetap tegar menghadapi tantangan berat dalam hidup mereka. 

Pasangan suami istri ini kini hidup dalam kondisi serba kekurangan, selama ini berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Sejak tahun 2012, Ismail dan istrinya telah menjalankan usaha penjualan alat dapur. Namun, pandemi COVID-19 telah meruntuhkan harapan mereka.

“Sebelum pandemi, bulan puasa adalah waktu yang penuh berkah bagi kami,” ungkap Ismail dengan nada penuh kesedihan. “Namun, tahun ini sangat berbeda. Pesanan untuk cetak kue, seperti kembang goyang, lidah kucing, dan bolu sangat sepi. Akibatnya, kami masih terbelit utang hingga kini.”

Menurut Ismail, dalam kondisi normal, mereka bisa menghasilkan sekitar 30 ribu hingga 50 ribu rupiah per hari. Sayangnya, sekarang sering kali tidak ada pembeli sama sekali. “Penghasilan ini hanya cukup untuk belanja dapur dan kebutuhan anak-anak kami,” jelasnya.

Masalah ini semakin diperparah dengan kekurangan stok yang menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi pesanan online atau permintaan langsung dari lapak mereka.

Anak mereka, Abid Al Aqil (14), saat ini sedang mondok di Pesantren Raudhul Mudi Al-Aziziyah di Jeunieb. Ia hanya bisa pulang sebulan sekali.

“Ayah dan ibu hanya mampu menyediakan 200 ribu rupiah per bulan untuk kebutuhan jajan saya,” kata Abid, menambahkan bahwa biaya makan sehari-hari ditanggung oleh pesantren.

Sementara itu, Amrina Rosyada (10), adik dari Abid, masih tercatat sebagai murid SD 16 Kota Juang. Amrina menerima bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH), dan berharap program ini terus berlanjut.

“Bantuan PKH sangat berarti bagi kami. Tanpa itu, sulit sekali memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ungkap Amrina.

Pada tahun 2011, Dinas Sosial Bireuen memberikan bantuan berupa satu unit becak baru. Namun, becak tersebut kini dalam kondisi rusak.

“Becak ini tidak bisa digunakan untuk jualan keliling ke pasar-pasar mingguan dalam Kabupaten Bireuen,” ujar Ismail. “Untuk mengganti baterainya saja kami tidak punya uang. Akibatnya, becak harus distarter manual, dan lampunya mati, sehingga tidak bisa digunakan saat malam hari.”

Safrizal S.Ag Sekretaris Baitul Mal Bireuen saat diwawancrai diruang kerjanya

Safrizal S.Ag, Sekretaris Baitul Mal Bireuen, menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memprioritaskan bantuan modal usaha bagi penyandang disabilitas. 

“Kami berpedoman pada kuota yang tersedia dan usulan sesuai mekanisme ‘by name by address’. Jika proposal diajukan tahun ini, maka bantuan tersebut mungkin baru bisa terealisasi tahun depan,” kata Safrizal.

Kisah Ismail dan keluarganya menggambarkan betapa sulitnya menghadapi hidup dalam keterbatasan dan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh banyak keluarga di daerah ini. 

Namun, di balik semua kesulitan itu, terdapat harapan akan bantuan dan dukungan yang dapat membantu mereka untuk terus berjuang dan bertahan.

 

[Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen]


Posting Komentar

0 Komentar