Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Petani di Bireuen Resah, Lebih Besar Modal Daripada Keuntungan

 

M Ali Usman sedang panen jagung pada malam hari

KabarJW- M Ali Usman, petani jagung dari Gampong Alue Gandai, Kecamatan Peudada, Bireuen, mengungkapkan tantangan dan keuntungan dari usaha pertanian yang digelutinya. Dengan lahan seluas dua hektar, Ali harus bergantung pada modal dari tengkulak selama bertahun-tahun. (30/9/2024)

"Total modal yang saya keluarkan mencapai Rp 15.585.000 setiap tahunnya," ungkap Ali saat ditemui di ladangnya.

Dari panen jagung sebanyak 7.000 kg, ia meraup pendapatan sebesar Rp 28.000.000.

"Setelah dikurangi modal, saya memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp 12.415.000," jelasnya.

Jika keuntungan tersebut dibagi selama lima bulan, ayah dua anak ini mendapatkan pendapatan bulanan sebesar Rp 2.483.000, yang berarti sekitar Rp 82.000 per hari.

Namun, Ali harus menghadapi kenyataan bahwa biaya kebutuhan sehari-harinya untuk kedua anaknya sudah mencapai Rp 40.000, ditambah belanja lauk pauk Rp 50.000, dan kebutuhan BBM serta rokok Rp 30.000.

"Dengan UMP Aceh yang hanya Rp 3.460.672, hidup terasa semakin sulit," keluhnya.

Rincian biaya yang dikeluarkan Ali setiap tahunnya meliputi bibit jagung, obat pengendali hama, dan pupuk. Sebagai contoh, biaya bibit jagung mencapai Rp 2.040.000 dan pupuk sekitar Rp 4.000.000. "Kami berharap ada dukungan lebih dari pemerintah dalam bentuk pengadaan bibit dan pupuk," tambahnya.

Di sisi lain, Ismail Ali, petani dari Gampong Cot Kruet, mengeluhkan penyakit yang menyerang tanaman pisangnya.

"Parahnya, jika satu pokok terserang, semuanya langsung terinfeksi. Daging pisang bahkan berwarna hitam seperti hangus," keluhnya.

Ismail juga mencatat stagnasi harga pinang yang kini bertahan di Rp 5.000 per kilogram selama lebih dari tiga tahun.

Harga sembako pun semakin meroket, dengan beras mencapai Rp 215.000 per sak, minyak goreng Rp 19.000 per kg, dan gula pasir Rp 19.000.

"Kami sangat berharap pemerintah bisa mengintervensi untuk menstabilkan harga," tambah Ismail.


Menanggapi permasalahan ini, Mulyadi S.E M.M, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Bireuen, menjelaskan,

"Kami hanya mengelola hasil pertanian dan perkebunan. Penentuan harga dilakukan oleh Dinas Perdagangan." Mulyadi mengungkapkan bahwa selama setahun terakhir tidak ada pengadaan bibit jagung dan padi dari pusat.

"Kami selalu menekankan pada distributor untuk menyediakan pupuk subsidi sesuai kebutuhan petani. Jika ada keluhan terkait masalah ini, petani bisa langsung melapor ke KUPT Kecamatan Peudada," ujarnya.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi petani di Bireuen, harapan untuk perbaikan dan dukungan pemerintah tetap menjadi harapan utama mereka.

 

[Afrizal/ Jurnalis Warga]


Posting Komentar

0 Komentar