KabarJW – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bireuen mulai melaksanakan pembangunan jembatan darurat di perbatasan Gampong Lawang dan Gampong Hagu, Mukim Krung, Kecamatan Peudada, Bireuen pada Rabu, 8 Januari 2025.
Kasi Jembatan PUPR Bireuen, Hezrialsyah, menjelaskan bahwa pembangunan dimulai pada pukul 13.00 WIB, setelah sempat tertunda akibat kerusakan pada truk pengangkut material.
"Kami sempat terlambat karena trado rusak, namun pekerjaan tetap dimulai, targetnya jembatan darurat ini selesai pada 8-9 Januri 2025. Meski demikian pekerjaan dihentikan pada malam hari, akibat cuaca tidak mendukung," ungkap Hezrialsyah.
Jembatan darurat dibangun memiliki panjang 5 meter dan lebar 3 meter, struktur jembatan tersebut akan tampak seperti tiang gawang.
Selain itu, material tanah juga akan digunakan untuk menimbun lubang dilantai, sehingga kendaraan roda dua, becak tidak terperosok.
"Kami tidak memasang tiang pengaman dikiri - kanan jembatan, karena dikhawatirkan tidak kokoh, takut dijadikan sandaran, bisa menyebabkan warga terjatuh ke jurang," jelasnya.
Warga Gampong Mns Tambo, Kecamatan Peudada, Baktiar, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas upaya berbagai pihak membangun jembatan darurat ini.
"Saya bersama warga Gampong Blang Rheum dan Blang Seupeng, sudah tiga hari tidak bisa pergi ke kebun. Kalau jembatan ini sudah siap, kami rencanakan untuk kembali beraktivitas seperti biasa nanti," kata Bakhtiar dengan penuh semangat.
Sementara itu, Ismail, warga Gampong Hagu, mengungkapkan kekhawatirannya terkait akses jalan sementara digunakan oleh warga. tapi bukan milik gampong, dan kabarnya telah ditutup oleh pemilik kebun untuk menghindari musibah, terutama pada malam hari.
"Saya tidak berani melewati bukit terjal ini untuk bekerja ke kebun di Gampong Lawang, apalagi jalannya berlumpur. namun, masih ada saja yang nekat melintas," ujarnya.
Dirinya juga menceritakan kejadian tragis yang menimpa seorang warga pada tahun 2018 silam. "seingat saya, tujuh tahun lalu, seorang warga bernama Ilyas terjatuh dari motor karena tidak ada pegangan di jembatan darurat di belakang SMA 1 Pulo Ara, Peudada. mesin penebang pohon dan motor jatuh menimpanya, dan meninggal dunia," kenang Ismail.
Di sisi lain, Khalidin, warga Gampong Lawang, mengungkapkan keluhan terkait pendidikan anak-anak didaerah tersebut.
"Sudah tiga hari anak-anak SD, SLTP, dan SMA tidak bisa sekolah karena mereka takut melintasi lokasi lumpur. kami berharap jembatan ini bisa segera selesai agar aktivitas warga lancar, termasuk pendidikan anak-anak, bisa berjalan lancar kembali," harap Khalidin.
Dengan adanya pembangunan jembatan darurat ini, diharapkan dapat mengatasi kesulitan akses dirasakan oleh warga dan memperlancar kegiatan sehari-hari mereka.
Namun, warga tetap berharap agar pembangunan jembatan permanen bisa segera dilaksanakan, untuk memastikan keamanan dan kenyamanan jangka panjang.
[Afrizal/ Jurnalis Warga]
0 Komentar