Warga Lawang sedang melintasi dengan cara turun langsung kedalaman saluran induk |
KabarJW- Jalan penghubung antara Desa Hagu dan Desa Lawang, yang menjadi akses utama bagi 835 warga di Kemukiman Krung, Kecamatan Peudada, kini putus setelah longsor besar terjadi pada Senin, 6 Januari 2025, pukul 05.00 WIB.
Hujan deras yang melanda kawasan tersebut selama beberapa minggu terakhir menyebabkan jembatan amblas dan terjun ke jurang, mengancam kelancaran akses para warga.
Sabri, warga Gampong Lawang yang sehari-hari bekerja sebagai petani, mengungkapkan rasa keprihatinannya.
"Kejadian ini sudah berlangsung sejak Desember 2024, namun malam Senin, 5 Januari, hujan sangat deras membuat jembatan amblas dan terjatuh. kami terpaksa naik motor melewati bukit terjal sepanjang 500 meter menuju Hagu, sementara keluarga saya harus berjalan kaki melalui sisa pondasi jembatan," ujarnya.
Ayah tujuh anak ini juga mengeluhkan tingginya biaya pertanian yang semakin memberatkan mereka.
"Biaya pupuk dan obat semakin mahal. kami sering terhutang setiap tahun karena tingginya biaya modal. kalau ini tidak segera ditangani, kami khawatir petani akan tekor saat musim panen bulan ini," tambahnya dengan nada sedih.
Meskipun begitu, dirinya merasa sedikit lega setelah mendengar bahwa Penjabat (Pj) Bupati Bireuen telah meninjau lokasi longsor dan ada wacana untuk segera membangun jembatan darurat.
"Kami berharap jembatan ini bisa dibangun permanen sebelum akhir tahun 2025," katanya.
Sabri juga mengusulkan dipasang pengaman di sekitar lokasi jembatan darurat .
"Pohon kelapa sering cepat lapuk dan tidak tahan lama, apalagi sering dilalui truk pengangkut material. lebih baik dipasang tiang kayu pengaman di kiri kanan jembatan agar tidak langsung pelintas terjatuh ke jurang. juga, perlu dipasang lampu di malam hari agar aman, karena banyak pendatang tidak tahu kondisi jalan," tambahnya.
Yusniar sedang menyampaikan keluhan dialaminya selama musibah longsor terjadi |
Sementara itu, Yusniar, warga Dusun Krung Ampa, juga mengungkapkan kesedihannya karena rumahnya berada di lokasi longsor sangat rawan. dua minggu lalu, ia sempat didatangi tim BPBD Bireuen.
"Mereka memfoto rumah saya, memberi bantuan sembako, meminta fotokopi KK dan KTP, lalu menyarankan kami untuk mengungsi. seraya mengatakan akan melaporkannya dan menginformasikan kabar selanjutnya," kata Yusniar menirukan petugas BPBD.
Ibu dua anak itu mengungkapkan kebingungannya. "Kami tidak tahu harus mengungsi kemana, karena tidak memiliki tempat tinggal lain. rumah yang ditempati saat ini pun milik bersama dan belum dibagi. hanya diizinkan menempati oleh ayah saya," keluhnya.
Kepala BPBD Bireuen, Afwadi, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah meninjau lokasi longsor yang panjangnya mencapai 180 meter.
"Kami sudah melaporkan kondisi ini ke atasan dan penanganannya akan dikoordinasikan dengan dinas terkait, kami menyarankan agar warga yang tinggal dilokasi segera mengungsi," katanya.
Pada 7 Januari 2025, BPBD, PUPR, dan pihak kecamatan mulai bekerja untuk membangun jembatan darurat agar 87 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 315 jiwa warga Lawang tidak terisolasi.
"Pembangunan jembatan permanen akan menjadi kewenangan dinas lain," jelas Afwadi.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial Dinas Sosial Bireuen, Asnidar, mengatakan bahwa timnya sudah menyiapkan bantuan kebutuhan dasar untuk keluarga korban longsor dan akan segera mengantarkannya langsung ke rumah Yusniar.
Camat Peudada, Erry Seprinaldi, juga berharap agar jembatan darurat segera terwujud. "Semoga jembatan darurat bisa segera dibangun, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan jembatan permanen, serta penanganan dua unit rumah di lokasi longsor," katanya.
Pj Keuchik Hagu, Suryadi, menambahkan bahwa perlu ada langkah antisipasi tambahan seperti pemasangan bronjong di sepanjang sungai.
"Bukan hanya banjir yang bisa mengakibatkan longsor, tetapi hujan terus-menerus juga akan mengikis pondasi tanah," ujar Suryadi.
Sementara itu, Pj Keuchik Lawang, Tgk Akmal, menegaskan pentingnya akses jalan tersebut bagi seluruh warga, mengingat pemilik kebun bukan masyarakat Peudada saja tapi dari berbagai kecamatan dalam Kabupaten Bireuen.
"Harapannya, jembatan darurat bisa segera dibangun agar warga bisa kembali melintasi jalan ini kapan saja," ujarnya.
[Afrizal/ Jurnalis Warga]
0 Komentar