KabarJW
– Abdul Hamid, warga Gampong Kuala Ceurape, Kecamatan Jangka, Bireuen,
mengungkapkan kekecewaannya terkait kelanjutan usaha Badan Usaha Milik Gampong
(BUMG) Makmu Beusare, khususnya unit nelayan. masalah utama disoroti adalah
belum ada pertanggungjawaban terkait pengelolaan perahu nelayan hingga Februari
2025.
Menurut
informasi berkembang, satu unit perahu dibeli dengan dana gampong seharga
belasan juta rupiah, tergeletak di tepian sungai dalam kondisi rusak dan
terbengkalai tanpa perawatan memadai. perahu lainnya, yang harganya mencapai
puluhan juta, juga dipertanyakan manfaatnya bagi masyarakat setempat.
"Kenapa
perahu dibeli menggunakan dana gampong dibiarkan rusak? Seharusnya, jika dalam
kondisi baik, perahu itu bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan warga dan
menghasilkan pendapatan untuk gampong," ujar Abdul Hamid.
Menyikapi
hal ini, Camat Kecamatan Jangka, Alfian, kepada KabarJW, pada 6 Februari 2025,
mengungkapkan bahwa dirinya pernah menerima laporan dari Anwar, mantan Keuchik
Gampong Kuala Ceurape, terkait pendirian unit usaha tabung gas LPG 3 kg yang
sudah dilengkapi administrasinya dan menghasilkan keuntungan. namun, untuk unit
usaha nelayan, belum ada laporan.
"Dalam
minggu kedua Februari 2025 ini, kami akan bertemu langsung dengan para pihak
terkait untuk menyelesaikan masalah ini. mengingat, dalam monev 2024, tidak ada
laporan terkait masalah BUMG," jelas Alfian.
Pj
Keuchik Gampong Kuala Ceurape, Salahuddin, membenarkan bahwa kedua perahu
tersebut milik BUMG Makmu Beusare, dibeli dengan dana sebesar Rp 130 juta dan
dikelola oleh Riza Syuhada. mengenai kerusakannya, dirinya sudah menyarankan
agar perahu tersebut dipindahkan dan diperbaiki.
Peutua
Tuha Peut, Tgk Marzuki, turut memberikan pandangannya. Ia mengungkapkan bahwa
pihaknya pernah mengusulkan agar perahu tersebut dijual kembali dengan harga
modal. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa selama ini, hanya warga luar yang
melaut dengan perahu tersebut.
Ia
juga menambahkan bahwa pukat dibeli secara pribadi oleh Riza Syuhada, sudah
ditawarkan kepadanya, tetapi sampai sekarang masih terkendala waktu. meskipun
demikian, keputusan rapat diambil adalah
untuk mempertahankan perahu tersebut hingga Juni 2025, dan akan dievaluasi
kembali setelahnya.
"Sudah
ada beberapa kali usulan untuk menjual perahu dengan harga modal, karena warga
kami sering tidak ikut melaut," ujar Tgk Marzuki.
Selain
itu Direktur BUMG Makmu Beusare, Darul Khutni, mengungkapkan bahwa pengadaan
perahu dilakukan dengan cara dilakukan penarikan dana oleh Anwar mantan
Keuchik. dari Azhari bendahara BUMG sebesar Rp 130 juta
Untuk
pembelian perahu langga seharga Rp 85 juta dan perahu angkut ikan 15 juta. dia
mengaku tidak tahu persis karena tidak dilibatkan dalam proses belanja,
mengenai keuntungan usaha juga tidak bisa dijelaskan sebab sering dilaporkan
rugi.
"Saya
tidak tahu banyak tentang proses pengadaan perahu tersebut, karena saya tidak
dilibatkan. mengenai keuntungan usaha, saya tidak bisa menjelaskan banyak,
karena sering kali dilaporkan rugi," ucap Darul Khutni.
Ketua
Unit Nelayan, Riza Syuhada, menjelaskan bahwa untuk setiap pengelolaan perahu,
ada pembagian keuntungan 15 persen untuk pengelola dan 5 persen untuk keuchik,
tuha peut, serta pengurus BUMG sebagai penanggung jawab.
Akan
tetapi, ia mengaku bahwa hingga kini belum ada keuntungan didapat dari usaha
tersebut, karena hasilnya selama ini hanya cukup untuk membiayai operasional di
Muara Kuala Jangka.
"Perahu
langga dibeli seharga Rp 113 juta, sementara perahu angkut dibeli dengan harga
Rp 17 juta. meski sempat ada keuntungan Rp 3 juta, semuanya habis untuk
memperbaiki kerusakannya," jelas Riza.
mengenai
masalah pelaut dari gampong lain, hal ini disebabkan karena warga gampongnya
sering terlambat datang. seharusnya berangkat pukul 06.00 dini hari, tetapi
mereka baru tiba di lokasi pada pukul 07.00 pagi.
Dengan
berlarut-larutnya permasalahan ini, masyarakat setempat berharap adanya
perhatian serius dari pihak terkait untuk memperbaiki kondisi perahu dan
meningkatkan pengelolaan unit nelayan supaya dapat memberikan manfaat nyata
bagi warga.
[Afrizal/
Jurnalis Warga Bireuen]
0 Komentar