
KabarJW- Pemerintah Kabupaten Bireuen
bersama masyarakat sipil menggelar Forum Rembuk bertajuk “Sinergi Gerakan
Sipil dan Pemerintah Daerah: Wujudkan Pembangunan Bireuen yang Berkelanjutan
dan Inklusif”, Senin (24/3) di Bireuen. Forum ini menjadi ruang terbuka
bagi organisasi masyarakat sipil, penyandang disabilitas, pemuda, penggiat
seni, dan media untuk menyampaikan isu-isu strategis daerah.
Forum dibuka oleh Program Officer
Demres dari LSM GeRAK Bireuen, Murni M. Nasir, yang menyampaikan bahwa kegiatan
ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Ia menegaskan pentingnya
keterlibatan masyarakat sejak tahap perencanaan pembangunan, agar pemerintahan
lima tahun ke depan berjalan transparan dan partisipatif.
Wakil Bupati Bireuen, Ir. H.
Razuardi, MT, menyatakan apresiasinya terhadap forum ini dan menyambut baik
masukan masyarakat sipil. “Ini bentuk sinergi yang perlu terus dijaga agar
pembangunan menyentuh semua kalangan,” ujarnya.
Berbagai isu disampaikan, salah satunya
Yulidar dari Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Kabupaten Bireuen,
mengkritisi bahwa belum ramahnya pelayanan publik bagi penyandang disabilitas, tidak
adanya juru bahasa isyarat di layanan publik, serta kebutuhan dukungan UMKM
bagi disabilitas. Sejumlah penyandang disabilitas menyampaikan kebutuhan alat
bantu kerja, beasiswa, rumah layak huni, serta pentingnya kepeduliaan terhadap ragam
disabilitas untuk memiliki ruang pengembangan minat dan bakat.
Sedangkan Qurratul Aina, dari
kelompok pemuda, menyoroti terkait minimnya lapangan kerja dan rendahnya minat
generasi muda untuk menjadi petani. Mereka meminta pemerintah mendorong
pertanian modern agar lebih menarik bagi anak muda.
Selain itu, Muhammad Arif sebagai
pegiat seni, menyikapi persoalan literasi juga penting diangkat diangkat,
termasuk evaluasi terhadap pembangunan perpustakaan baru yang dinilai belum
sesuai kebutuhan.
Sedangkan Yumadi, Aktivis
lingkungan dari Aceh Wetland Foundation menyayangkan lemahnya pengawasan
tata ruang di kabupaten Bireuen. Bahkan, beberapa kawasan konservasi dan
perikanan disebut telah berubah fungsi menjadi lahan industri. Pemerintah
dinilai belum optimal menjalankan amanat tata ruang, terutama dalam pengelolaan
kawasan rawa dan pesisir.
Dalam sesi tanggapan, jajaran
Pemkab menyampaikan sejumlah respons. Asisten I, Mulyadi, menyebut Qanun
Disabilitas telah masuk dalam Prolegda 2025 dan diharapkan dibahas tahun ini.
Asisten II, Dailami, menyatakan akan mengkoordinasikan pelibatan penyandang
disabilitas dalam perencanaan desain RTH. Ia juga menyampaikan dukungan
terhadap pengembangan beasiswa dan program petani milenial.
Sementara itu, Asisten III, Azhari,
menegaskan bahwa rumah dhuafa dapat dibiayai melalui dana desa, dan pemkab akan
mencari solusi untuk menjaga keseimbangan anggaran infrastruktur di tengah
pemotongan dana pusat.
Forum ditutup dengan penegasan
bahwa pembangunan Bireuen adalah tanggung jawab bersama. “Kami berharap policy
brief dari forum ini dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan yang langsung
menyentuh masyarakat,” ujar Murni M. Nasir.
[M. Yaziz/ Jurnalis Warga]
0 Komentar